Pengalaman Menjadi Relawan Tim Kubur Cepat
Halo pembaca dirman blog. Kali ini sedikit agak berbeda, saya akan bercerita tentang Pengalaman Menjadi Relawan Tim Kubur Cepat Pemakaman Protokol Covid-19. Bagi Dirman Personal Blog, ini merupakan kesempatan yang luar biasa. Sebelumnya, tak pernah sedikitpun tersirat akan mendapatkan pengalaman se-berharga ini.
Rasa salut serta kagum yang selama ini selalu saya haturkan kepada para tenaga medis dan relawan covid-19, bisa saya rasakan sendiri, walaupun tentu tak se-mulia mereka, para pahlawan sebenarnya. Berikut adalah sepenggal ceritanya.
Ingin Membantu. Itu saja, tidak lebih!
Faktanya, dua bulan terakhir ini, tingkat konfirmasi positif covid-19 di kota jogja, semakin tinggi. Kondisi tersebut kemudian berbanding lurus dengan meningkatnya jumlah kematian. Di dekat tempat tinggal saya saja, ada dua orang meninggal dunia saat itu, dengan status positif covid-19.
Karena faktor utama itulah, kemudian Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta memulai Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat, kita mengenalnya dengan istilah PPKM Darurat.
Pada saat yang sama, Tim Kubur Cepat (TKC) dari BPBD kota Jogja kewalahan dari sisi personil serta armada untuk melayani proses pemakaman cepat sesuai protokol covid-19. Hal ini direspon cepat oleh pembimbing relawan kami ( Bp Bimo Prasetyadi), yang kebetulan saya juga tergabung di dalamnya. Komunitas relawan tersebut adalah KALTANA (Kalurahan Tangguh Bencana) Patangpuluhan.
Baca juga : Cerita Dirman Personal Blog saat bergabung bersama Kaltana.
Kemudian terlahir Tim Kubur Cepat Kemantren Wirobrajan, oleh KALTANA. Dengan tujuan utama membantu TKC BPBD Jogja untuk pemakaman jenazah secara protokol covid-19, di area wilayah kami, Kecamatan Wirobrajan.
Kondisi inilah yang membuat saya pribadi ingin berperan serta untuk mengurangi beban rekan-rekan relawan sejati. Kapan lagi bisa punya pengalaman berharga seperti ini, paling tidak bisa ikut merasakan langsung bagaimana suka-duka para relawan mulia ini.
Tugas Pertama Cetar Membahana!
Namanya juga pengalaman perdana, tentu ada saja cerita khusus. Termasuk saat saya mendapat kesempatan bertugas pertama kali. Kalau masalah betapa “sumuknya” saat menggunakan pakaian khusus berupa APD lengkap, semua relawan juga merasakan dan bisa ditolelir dengan baik.
Namun berbeda dengan saya. Ya! saya lupa kalau punya kekurangan sering mabuk darat saat naik kendaraan, terutama dengan kecepatan tinggi dan berkelok. Bayangkan saja berapa kecepatan Ambulance, namanya juga proses pemakaman cepat!. Maka jadilah dua tugas pertama saya cetar membahana.
Tugas pertama dengan dua proses : pengambilan (evakuasi) jenazah yang meninggal saat isolasi mandiri dan pemakaman. Untung saja, rasa mual karena mabuk darat baru terasa saat semua proses selesai dan dalam perjalanan ke shelter zona dekontaminasi.
Tugas kedua cukup merepotkan, entah mungkin karena baru makan saat akan berangkat bertugas, maka tak hanya mual saja, saya bahkan muntah saat sampai di shelter zona dekontaminasi. Byuuh.. maaf ya teman-teman yang lain, jika saya malah merepotkan!. Tapi untunglah, semua itu terjadi saat tugas sudah selesai. Jadi, aman.
Pengalaman Pribadi: Menjadi Relawan Tim Kubur Cepat
Tanpa ada maksud apa-apa, cerita pribadi ini saya publish di blog agar menjadi sebuah kenangan bermakna bagi diri saya pribadi. Dan alangkah berartinya, jika pengalaman ini dapat menjadi perhatian bagi yang lain untuk semakin menyadari akan pentingnya anjuran pemerintah terkait protokol kesehatan: #pakaimasker, #jagajarak, #tidakberkerumun.
Anda tentu ingin pandemi wabah virus covid-19 ini segera berakhir, bukan? Jika demikian, jadikan diri anda sebagai sarana kebaikan untuk memutus rantai penularan. Lakukan sekarang juga!
Episode Covid-19 Varian Omicron
Karena kami sebenarnya merupakan tim yang dibentuk sebagai tambahan untuk membantu, maka kami berharap tetap dalam posisi hibernasi, tidak menerima panggilan untuk pemakaman protokol. Itu artinya, kita semua lalu sembuh walaupun faktanya status penyintas saat ini (Pebruari 2022) semakin meningkat secara signifikan.
Semoga pengalaman ini bisa menjadi nilai baik bagi kita semua. Salam sehat, tetap selamat dan bermanfaat.
Bulan Juni dan Juli kemarin angka kematian cukup tinggi, itu terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Dibutuhkan relawan relawan semacam ini buat mengatasinya, gak kebayang kalau gak ada relawan pasti banyak jenazah yang menumpuk
Benar, semoga lekas segera pulih Indonesiaku tercinta.
Wow.. keren sekali kak.. saya sendiri baru tahu kalau ada kegiatan volunteer tim kubur cepat. Tetap jaga stamina dan sehat selalu ya kak 🙂
Terima kasih, kak. Sehat selalu juga untuk kak Diaz dan keluarga di sana.
Tepuk tangan mas buat niatnya yang mulia sekali. Menjadi relawan tentu saja ikut bertaruh nyawa,
Terima kasih, kak Mer.
Keren banget, Mas Dirman. Saya baru kepikiran ada volunteer jg untuk kegiatan pemakaman, karena biasanya paling sering dengar volunteer sebagai nakes di Wisma Atlet atau RS khusus yang menangani pasien Covid-19. Semoga jadi amal yaah karena udah mau bantu di tengah pandemi gini dan berisiko tinggi 😊
Iya, kak Asty. Tenaga utama memang nakes dan relawan BPBD, namun saat ini sepertinya juga sedang kewalahan.
Hebat banget mas jadi relawan! Kadang suka kasihan dan sedih ngeliat mereka di berita, semoga rejeki mereka lancar terus dan diberikan kesehatan ya, amin.
Aamiin, tapi hal seperti ini bukan prestasi sih, sebenarnya.
Wah, pengalaman berharga sekali kak, menjadi relawan tim kubur cepat selama pandemi. Masih sedih sampai sekarang masih ada yang mikir covid itu hoax, seharusnya orang-orang itu disuruh jadi relawan tim kubur cepat supaya sadar.
Iya, kak Dila. Tidak apa-apa, kita semua bebas dengan pendirian masing-masing, asalkan saja masih ada orang yang bersedia mengingatkan untuk “melawan hoax”.
Masya Allahluar biasa.
Duh ingin banyak ygbaca tulisan ini khususnya bani telur yg g percaya sama covid.bandel sama prokes tapi suka marah2 kalo sakit dan tidak segera dapat penangan.
Kesel sama mereka.
Nih, ada tulisan jujur betapa tidak mudah menjadi nakes dan tenaga lain yg berkecimpung ngurusi covid ini.
Mas Dirman keren euy
Heuhuehe tetap semangat, kak! yang penting kita semua sehat, selamat dan bahagia.
Angkat topi bwt masnya yg udh mau jadi relawan. Aku gak kebayang sh rasanya pake APD bgtu, pst gerah bgt. Tp kendala utama masnya malah di mabuk darat ya, hehe.
Semoga dibalas Allah atas kebaikannya.
Sehat2 utk kita semua.
Aamiin, iyaaaa dan lupa lagi kalau saya sebenarnya suka mual kalau naik kendaraan ngebut dengan manuver hahaha. Jangan lupa topinya dipakai kembali, kak. 🙂
Ini yang namanya jejak digital, pengalaman berharga ini kelak akan menjadi salah satu sumber bukti sejarah indonesia dalam menghadapi covid-19
Semoga Indonesia segera sembuh!
Ayah saya sedang merantau ke papua. Beberapa waktu lalu, beliau mengirimkan foto beliau lengkap dengan baju perlengkapan keamanan ala tim pengubur cepat.
Benar saja. Beliau juga ikut menjadi relawan tim kubur cepat. Ternyata ada zona dekontaminasi juga ya, Kak.
Jadi sedikit tenang. Karena jujur saja, khawatir pasti ada kan.
Iya, kak Yuni. Bahkan sejak awal berangkat menjemput peti atau evakuasi kita semua selalu semprot disinfektan. Setelah selesai bertugas, kita wajib ke shelter dekon lalu istirahat selama 24-48 jam tidak bertugas dulu.
Sehat sehat Kang Dirman.. terimakasih telah berjasa membantu saudara saudara kita yang sangat perlu bantuan disana.. pengalamannya sangat baik dan bisa menjadi pembelajaran untuk orang orang diluar sana termasuk saya yg kadang kala masih acuh dengan keadaan pandemi saat ini. Semoga Tuhan membalas kebaikan Kang Dirman dan team relawan yg lainnya serta petugas petugas rumah sakit
Aamiin, tetap sehat juga untuk kak Diyanti dan keluarga.
Salut mas, salut. Tidak bisa dibayangkan itu betapa gerahnya memakai hazmat, apalagi jika digunakan juga dalam proses menggali kubur, penguburan korban yang meninggal akibat covid. Untuk meminimalkan terpapar covid, harus menerapkan prokes secara disiplin dan menjauhi kerumunan.
Iya, mas.. Alhamdulillaah untuk petugas prokes pemakaman biasanya tidak sampai menggali makam, hanya saat peti diturunkan pas selesai pemakaman saja.
Tak kiro ono anune jebule ra ono. Tiwasno siap2 tutup mata.
Wedi tau
Wkwkwkw.. ora lah, ndak didukani mbah ucup. 🙂
Gak ada kata lain, selain kata “Salut”. Dan terima kasih mas untuk pengalaman berharganya. Mungkin saya orang yang jarang sekali update mengenai masalah covid. Tapi saya tetap memantau dari jauh ttg perkembangan covid. Tetap jaga jarak, menjaga protokol kesehatan.
Siap! Terima kasih telah bersedia menjadi bagian dari kebaikan untuk bersama.
Salut dan salam hormat atas kesediaannya menjadi relawan tim kubur cepat. Semoga jadi amal baik untuk Kang Dirman.
Aamiin, terima kasih untuk Do’a nya, mas.
Salut banget dengan Kang Dirman, teman-teman relawan lain dan nakes yang sangat disiplin mengenakan pakaian APD lengkap.
Sama kita kang agak cepet mual kalau naik kendaraan manuver bar-bar dikit. hehe
Pengalaman yang sangat berharga dan berkah kang.
Alhamdulillaah, insyaAllah, Aamiin. Senang ketemu orang yang “sama”, wkwkwkw.
Pernah juga ngurus proses dari mandiin jenazah sampe pemakaman, tapi itu pas situasi normal, ternyata cape banget apalagi pas ngegotong keranda.
Ini pas pandemi gini, ditambah harus pake jas hazmat yg bikin gerah, ga kebayang capenya emang.
Saya sebenernya lulusan Keperawatan, tapi karena lulusnya pas pandemi datang jadi belum bisa dinas. Suka kasihan sama temen2 yg udah ngerawat.
Iya mas, kalau pengurusan jenazah sebenarnya sudah fix saat di rumah sakit, jadi kita jemput sudah dalam peti. Bukan cape fisiknya sih kalau yang berat, sedihnya itu, tidak bisa diantar seperti normalnya orang meninggal, termasuk yang mendo’akan juga biasanya petugas yang memakamkan.